Address
Jl. Rawamangun Muka, Pulo Gadung, Jakarta Timur, DKI Jakarta – 13220
Phone

Petikan The James Dean Effect dalam Gitar Akustik Sleeping With Sirens


Aida Fitri Nurul Khadijah | Klandestin | Bimbingan dan Konseling (2021)

Album : If You Were A Movie, This Would Be Your Soundtrack

Penulis Lirik: Kellin Quinn dan Jesse Lawson

Penyanyi : Sleeping With Sirens

Tanggal Rilis : 26 Juni 2012

Genre : Akustik

Durasi : 18:13

Sleeping With Sirens atau yang sering disingkat SWS adalah band beraliran post-hardcore asal Orlando, Florida, Amerika Serikat yang dibentuk pada tahun 2009. Band ini dikenal berkat vokalis mereka, Kellin Quinn yang memiliki suara leggiero tenor, yaitu suatu kemampuan vokal yang mampu mencapai nada-nada tinggi saat bernyanyi atau berteriak dan dianggap mirip suara perempuan. Bisa dikatakan bahwa siapa saja awam yang pertama kali mendengar lagu SWS tanpa tahu bandnya, akan beranggapan bahwa vokalisnya adalah perempuan.

Album ini dirilis pada 26 Juni 2012, melalui Rise Records, SWS berhasil debut di peringkat 17 pada tangga lagu Billboard Top 200, serta terjual 17.486 copy pada minggu pertama. Album If You Were A Movie, This Would Be Your Soundtrack  merupakan Extended Player (EP) atau album musik yang lebih pendek dari album dengan durasi kurang dari 30 menit yang hanya berisi 5 lagu dengan durasi 18:13 berhasil membuat SWS menunjukan keunikan dari konsep album yang sesuai dengan judul albumnya, yaitu dengan menggunakan adegan atau scene pada judul lagu yang disajikan secara kronologis dari “Scene One – James Dean and Audrey Hepburn” hingga “Scene Five – With Ears to See and Eyes to Hear”.

Semua lirik lagu dalam album ini ditulis oleh Kellin Quinn dan Jesse Lawson meskipun lagu-lagu yang disajikan kronologis pada album ketika rilis, faktanya kelima lagu ini tidak dibuat secara berurutan, sebab ada dua lagu yang merupakan versi akustik dari album With Ears to See and Eyes to Hear yang telah rilis lebih dulu pada 2010, yaitu lagu dengan judul “If I’m James Dean, You’re Audrey Hepburn” dan “With Ears to See and Eyes to Hear”, sedangkan tiga lagu lainnya dibuat terpisah.

“Scene Three – Stomach Tied in Knots” pada 6 Juni 2012, lalu “Scene Four – Don’t You Ever Forget About Me” pada 25 Juni 2012. Kemudian, video musiknya pun hanya ditemukan untuk lagu yang terakhir, yaitu “Scene Two – Roger Rabbit” yang rilis dan tayang di YouTube pada 10 Oktober 2012 dan “Scene One – James Dean and Audrey Hepburn” pada 31 Mei 2012 di YouTube riserecords. Namun, beberapa lagu akustik tersebut sebelumnya pernah diunggah pada akun YouTube pribadi milik Kellin Quinn, seperti “Stomach Tied in Knots” pada 7 Juni 2011.

Berdasarkan data kolektif dari belasan kontributor dalam situs Sputnikmusic, If You Were A Movie, This Would Be Your Soundtrack (2012) adalah EP  kedua dari SWS setelah Demo (2009). Ada pula yang menyatakan bahwa ini adalah EP pertamanya, bahkan jika ini album pertama pun, SWS telah sukses menampilkan sisi berbeda dari band post-hardcore mereka. SWS menunjukkan kemampuan mereka dalam menciptakan suasana musik yang lebih tenang. Secara tidak langsung, membuktikan bahwa mereka juga bisa menyampaikan emosi yang kuat tanpa perlu distorsi atau elemen post-hardcore yang melabeli mereka.

Sayangnya, karena bukan kekhasan, album ini menjadi penyegaran sementara saja, sebab setelah rilis album pada 2012 hingga tulisan ini dibuat pada 2024, SWS belum lagi mencoba merilis lagu dengan aliran selain post-hardcore dan turunannya. Kehebatan vokalis utama, Kellin Quinn, dalam album If You Were A Movie, This Would Be Your Soundtrack ini, diimbangi oleh aransemen dari anggota band lainnya, yaitu Jack Fowler sebagai gitaris utama, Jesse Lawson sebagai gitaris ritme, Justin Hills sebagai gitaris bass dan Gabe Barham sebagai perkusi.

Percobaan gaya akustik dalam album ini ternyata tidak sepenuhnya gagal, karena peringkatnya dalam Sputnikmusic.com pada Agustus 2024 cukup kompetitif dengan album populer mereka yang lain. Dibuktikan dengan rating 3,7/5 pada  album If You Were A Movie, This Would Be Your Soundtrack dan hanya 3,5/5 pada album With Ears to See and Eyes to Hear dengan perbedaan voters pada album akustik 50% lebih sedikit dari album post-hardcore lainnya. Padahal EP ini menampilkan dua lagu versi akustik dari lagu pada album With Ears to See and Eyes to Hear (2010). Data dan keputusan yang membuat pengecualian genre tersebut juga menunjukan betapa SWS memperhatikan potensi dalam aliran lainnya yang dasar dan bahkan terasa berseberangan.

Buku Rebel Notes: Catatan Seniman Pemberontak (2020) mengutip perkataan James Dean dalam sebuah wawancara, menurutnya kesuksesan karya yang ditujukkan untuk anak muda harus berdasarkan realitas dan berusaha menjangkau mereka di tempat mereka sendiri. Itu artinya menyampaikan sesuatu sesuai preferensi subjek yang ditargetkan akan menjadi sebuah kesuksesan. Dalam konteks keputusan menggunakan aliran musik yang lebih mengarah ke penikmat akustik, membuat kesimpulan bahwa SWS berusaha menjangkau pendengar akustik untuk menyampaikan isi lagunya. Bukan lagi sebatas penikmat post-hardcore saja.

Sangat jarang, tetapi ada beberapa kemungkinan mengapa sebuah band ingin menjangkau pendengar baru. Antara mengejar popularitas, sekadar bosan dengan aliran musik mereka dan ingin mengeksplorasi gaya musik yang berbeda atau pertimbangan lainnya. Isabella Ambrosio dalam Majalah Alternative Press pada 14 Juli 2023, membuat peringkat untuk seluruh album Sleeping With Sirens, dan menurutnya lagu “If I’m James Dean, You’re Audrey Hepburn” menilai sebagai perwujudan kebangkitan post-hardcore di awal tahun 2010 sehingga hal yang membuat kepopuleran bukanlah alasan SWS perlu berlintas aliran mengejar audiens baru dari kalangan penikmat akustik dengan inovasi genre dalam karyanya.

Saya mengaitkan pilihan berakustik tersebut dengan salah satu nama tokoh yang ada dalam judul lagu populer mereka yang kemudian dibuat menjadi lagu pertama dalam album mini mereka. James Dean. Alasan mereka berakustik lebih tepatnya merujuk pada The James Dean Effect. Ini adalah konsep yang menunjukkan bahwa sesuatu yang berakhir cepat, tetapi luar biasa untuk diingat dalam jangka panjang dan memiliki dampak lebih besar dibandingkan dengan sesuatu yang berlangsung lama, tetapi biasa-biasa saja.

Menurut artikel karya Diener, E., Wirtz, D., & Oishi, S. berjudul End Effects of Rated Life Quality: The James Dean Effect yang diterbitkan Jurnal Psychological Science pada 2001, penamaan The James Dean Effect terinspirasi dari kehidupan James Dean, seorang aktor yang meninggal muda, tetapi menjadi ikon budaya populer di Hollywood. Sepertinya, penggunaan aliran akustik yang ada dalam album ini memiliki efek James Dean pula. Berlangsung singkat karena hanya album akustik satu-satunya dan menjadi cukup berkesan karena beraliran yang unik dan berbeda dari aliran musik band Sleeping with Sirens itu sendiri.

“Scene One – James Dean & Audrey Hepburn” adalah lagu pertama dalam mini album akustik ini. Lagu ini adalah versi akustik dari “If I’m James Dean, You’re Audrey Hepburn”. James Dean menjadi tokoh dalam dua judul lagu berbeda genre tersebut. Herannya, kata James Dean sama sekali tidak tertulis dalam lirik kedua lagu. Mungkin dengan menaruhnya di judulnya saja, James Dean sudah cukup berpengaruh untuk suatu karya yang pada masa itu berpusar di budaya Hollywood. James Dean dan Audrey Hepburn yang digabungkan dalam judul lagu romantis ini bukan sepasang kekasih meskipun latar belakang pembuatan lagu adalah asmara penulis lagu. Pada masa yang sama, James Dean dan Audrey Hepburn memiliki aktivitas dan pasangan masing-masing, sehingga keduanya dituliskan hanya karena mereka tokoh ikonik saja.

Menggunakan judul dengan tokoh ikonik juga yang membuat saya yakin SWS cukup melek dengan budaya Hollywood dan bukan sekadar kebetulan untuk menggunakan nama James Dean. Seperti halnya Taylor Swift dalam lagunya bertajuk “Style” dengan lirik “James Dean daydream look in your eye/ And I got that red lip classic thing that you like” (1:00–1:10). Lalu Jonas Brothers dalam karya lagunya berjudul “Cool” dengan lirik “Woke up feelin’ like a new James Dean/ I comb my hair like an old-school scene/ When I grow up, I wanna be just like me” (2:03–2:13). Masih banyak seniman lain yang menggunakan James Dean sebagai tokoh dalam karya lagunya merupakan bukti kepopuleran James Dean dalam budaya Hollywood yang kemudian alasan kepopulerannya mengilhami penamaan konsep The James Dean Effect.

Kellin Quinn dalam BareBonesMusic.com tentang lagu “If I’m James Dean, You’re Audrey Hepburn”—versi post-hardcore dari dalam lagu “Scene One – James Dean & Audrey Hepburn”—dalam Sleeping with Sirens Interview di kanal YouTube barebonesradio menyatakan “Lagu ini tentang cinta dan pada dasarnya, seperti perjuangan, kegembiraan, kerinduan.” Setiap lagu dalam album akustik If You Were A Movie, This Would Be Your Soundtrack memang menciptakan sebuah kronologi yang menggambarkan perjalanan emosi dari cinta, kehilangan, harapan hingga kekecewaan dalam hubungan asmara.

Liriknya sangat romantis, tetapi tetap realistis, seperti dalam penggalan pada lagu “Scene One – James Dean & Audrey Hepburn” dalam album ini yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:

Mereka mengatakan bahwa cinta itu selamanya

Selamanya kamu adalah semua yang aku butuhkan

Silakan tinggal selama yang Anda butuhkan

Tidak bisa menjanjikan bahwa segala sesuatunya tidak akan rusak

Tapi aku bersumpah aku tidak akan pernah pergi

Tolong tinggal selamanya bersamaku

Ini menyiratkan bahwa realitanya, tantangan dalam setiap hubungan akan selalu ada. Namun, bagaimana cara meresponnya yang bisa diusahakan. Lirik ini pun berisi janji untuk bersama selamanya, mengatasi segala tantangan dan kesulitan yang mungkin datang dalam hubungan.

Dalam sleepingwithsirens.fandom.com, Kellin Quinn juga mengaku menulis lagu sekaligus ingin memberitahu pasangan yang sedang mengalami hubungan jarak jauh bahwa “Tidak masalah apa pun yang terjadi antara saya, band, dan atau hal lain dalam hidup, segala sesuatu terjadi karena suatu alasan dan segala sesuatu akan bertahan jika kita melakukannya dengan sepenuh hati.”

Lagu “Scene Two – Roger Rabbit” adalah satu-satunya lagu di EP ini yang memiliki klip video yang menampilkan band SWS di dalamnya walaupun videonya kurang selaras dengan isi lagunya, makna lagunya cukup mudah ditangkap pendengar. Lirik “Hanya mencoba menunjukkan sesuatu yang lebih kepadamu/ Tidak ada yang akan mencintaimu jika kamu tidak dapat menampilkan cara untuk mengabadikannya/ Tidak ada yang akan memegang tanganmu dan membimbingmu melewatinya” menggambarkan kekecewaan karena tidak dihargai dan meminta untuk mencintai diri lebih dulu agar bisa menerima cinta yang diberikan.

Pernyataan dalam lirik “Jadi dengarkan baik-baik suara jiwamu/ Ambil kembali kehidupan yang pernah kita jalani sebelumnya/ Jika bukan kamu lalu siapa/ Jika bukan kamu lalu siapa yang akan mencintaimu” terdengar pula seperti memutuskan hubungan berdasarkan keputusan yang mendalam. Refrain paling ikoniknya ada pada “Nobody’s gonna love you if you can’t display a way to capture this/ Nobody’s gonna hold your hand and guide you through/ It’s up for you to understand”.

Lagu selanjutnya menunjukan penyesalan dan penghindaran karena merasa bersalah. Dalam lirik “Scene Three – Stomach Tied in Knots” yang  diterjemahkan menjadi:

Lihat masalahnya bukan kamu, ini aku, aku tahu

Aku tahu, aku telah melihatnya berkali-kali

Dan aku akan mendorongmu menjauh

Aku jadi takut, oh tidak

Dan aku tidak bisa hidup tanpamu sekarang, oh oh

Kehilangan yang sangat mendalam juga disampaikan dalam refrainnya. Terdengar pasrah dan putus asa karena menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi dalam hubungan, menjadi sangat merindukan pasangannya dan ragu bisa memulai kembali hubungannya tersebut.

Berbeda dengan lagu sebelumnya, “Scene Four – Don’t You Ever Forget About Me” menunjukan harapan agar pasangannya tidak melupakannya meskipun sudah berpisah. Dia berharap orang yang ditinggalkan tidak melupakannya dan terus memikirkannya, bahkan dalam mimpi. Seperti dalam lirik:

Tapi tidak ada yang bilang cinta bukan untuk mengambil risiko

Jadi jangan pernah lupakan aku

Saat kamu berguling-guling dalam tidurmu Saya harap itu karena kamu tidak bisa berhenti memikirkan

Alasan mengapa kamu menutup mata

Aku menghantui mimpimu di malam hari

Jadi kamu tidak bisa berhenti memikirkanku

Lagu ini tentang seseorang yang harus berpisah meski terasa menyakitkan. Meski mengakui dirinya sulit dicintai, dia telah berusaha sepenuhnya dalam hubungan itu. Ada harapan kecil bahwa mereka bisa kembali bersama jika dia berubah. Terdengar egois dan obsesif karena tidak rela melepaskan begitu saja. Namun, realitanya semua orang mengalami fase ini saat berpisah.

EP ini diakhiri dengan lagu yang menggambarkan rasa frustrasi terhadap seseorang yang dianggap pembohong dan tidak bisa dipercaya walaupun musiknya tidak sekeras versi post-hardcore, dalam versi akustik ini kemarahan dan kekecewaan tetap sangat tersalurkan dalam lirik berikut:

Pembohong, kamu akan membayar dosa-dosamu

Jadi beritahu aku bagaimana rasanya,

Bagaimana rasanya menjadi seperti kamu?

Menurutku, mulutmu seharusnya diam

Karena itu tidak pernah mengatakan yang sebenarnya

“Scene Five – With Ears to See and Eyes to Hear” juga menunjukkan kebingungan dan bagaimana frustrasinya dalam menghadapi pengkhianatan, kebohongan, dan keinginan agar sesuatu berubah dalam hubungan yang sudah rusak.

Urutan lagu yang kronologis dan tetap emosional seperti khasnya SWS, membuat EP If You Were A Movie, This Would Be Your Soundtrack adalah pilihan sempurna bagi penggemar yang ingin menikmati The James Dean Effect di antara karya-karya Sleeping With Sirens dengan melihat sisi lain yang singkat tapi hebat dari band ini. EP ini sukses menyajikan susunan yang menyerupai alur cerita sebuah film dengan iringan akustik. Setiap lagunya menggambarkan babak-babak kehidupan yang realistis seperti cinta, kehilangan, kerinduan, dan harapan.

 

Bagi pendengar akustik, lagu “Scene One – James Dean & Audrey Hepburn” akan menjadi permulaan yang cocok untuk menemukan album romantis yang cocok dari band dengan genre yang berbeda. Jika liriknya cukup membuat tersentuh, coba dengarkan juga versi post-hardcore khas Sleeping With Sirens dalam “If I’m James Dean, You’re Audrey Hepburn”. Siapa tahu besok bahkan menjadi The Strays—panggilan fans SWS. Jika kita tidak pernah mencoba, kita tidak akan pernah tahu. Jangan lupa untuk tidak berharap bahwa kalian dan pasangan adalah sosok James Dean dan Audrey Hepburn ya! Karena mereka tidak bersama.

 

 

Referensi:

  1. Ambrosio, Isabella. (2023, July 14). All Sleeping With Sirens albums ranked from worst to best. Alternative Press. https://www.altpress.com/sleeping-with-sirens-albums-ranked/
  2. BareBonesMusic. (2010, April 29). Sleeping with Sirens Interview [Video]. YouTube. https://youtu.be/Ks8–S32fWY?si=9tj2BaMzAQZq4LhQ
  3. Brothers, Jonas. (2019). Cool [Song]. On Happiness Begins. Republic Records.
  4. Diener, E., Wirtz, D., & Oishi, S. (2001). End effects of rated life quality: The James Dean effect. Psychological Science, 12(2), 124–128. http://www.jstor.org/stable/40063598
  5. Rebel Notes. (2020). Catatan Seniman Pemberontak.
  6. Sirens, Sleeping with. (2012). If You Were a Movie, This Would Be Your Soundtrack[EP]. Rise Records.
  7. Sleeping With Sirens Fandom. (2022, November). If I’m James Dean, You’re Audrey Hepburn. FANDOM Music Community. https://sleepingwithsirens.fandom.com/wiki/If_I%27m_James_Dean,_You%27re_Audrey_Hepburn
  8. Sputnikmusic. (2020). Sleeping With Sirens – If You Were a Movie, This Would Be Your Soundtrack.Sputnikmusic. https://www.sputnikmusic.com/review/86325/Sleeping-With-Sirens-If-You-Were-a-Movie-This-Would-Be-Your-Soundtrack/
  9. Swift, Taylor. (2014). Style [Song]. On 1989. Big Machine Records.
  10. Quinn, Kellin. (2012). Scene One – James Dean & Audrey Hepburn [Song]. On If You Were A Movie, This Would Be Your Soundtrack. Rise Records. Spotify. https://open.spotify.com/track/1WH0HcFJhu5r6Jxqdsh54N?si=k8VHEvdmTgOMFS20OActZg

 

Editor: Annisa Deli Indriyanti